BAB 1
Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku kesehatan masyarakat yang berupa pengetahuan dan sikap yang masih tertutup. Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit. Pengetahuan ini erat pula kaitannya dengan sikap seseorang tentang penyakit dan upaya pencegahannya(1). Hasil laporan Studi Morbiditas tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60% (2).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001 menunjukkan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi
masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang
sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum
tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007, pada umumnya penduduk di berbagai
kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Selatan yang menggosok gigi setiap hari
94,4% (89,0-97,9%), terendah di Hulu Sungai Selatan. Penduduk di Provinsi
Kalimantan Selatan 80,7% menggosok gigi setiap hari saat mandi pagi dan atau
sore, terendah di Hulu Sungai Utara ( 59,9%) tertinggi di Tanah Bumbu(93,9%),
sedangkan yang menggosok gigi sesudah bangun pagi sebesar 34,3% dan sebelum
tidur malam 44,3%. Prevalensi penduduk berperilaku benar dalam meggosok gigi di
Provinsi Kalimantan Selata 10,3% (3,7-18,9%) (3).
Menurut Bahar, salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di Negara Berkembang adalah
perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status
kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi
perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut,
dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor (2). Pasta gigi merupakan salah
satu kebutuhan yang penting bagi pemeliharaan dan kesehatan gigi dan gusi (4).
Selama ini kita telah mengenal berbagai macam pasta gigi yang banyak sekali
beredar dipasaran dengan berbagai macam merek dan dengan berbagai macam
kegunaannya. Penyikatan gigi dengan menggunakan pasta gigi dapat mengurangi
populasi mikroorganisme flora rongga mulut jauh lebih besar dibandingkan tanpa
dengan pasta gigi (5). Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan gigi itu
membuat produsen pasta gigi sering kali mengeluarkan pasta gigi jenis baru (4).
Usia sekolah merupakan masa untuk
meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan
kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.
Peran sekolah sangat diperlukan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut anak, karena faktor lingkungan yang salah satunya adalah sekolah,
memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Penentuan perilaku dalam hal
ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat gigi pada anak, yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa (2)
Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah
usia yang penting, karena pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah
dasar dan merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan pada
usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT tahun 1995
anak usia 5-14 tahun, jumlah anak yang sama sekali tidak menyikat gigi sebanyak
23,4% dan jumlah anak yang menyikat gigi pada waktu yang tepat sebanyak 5,6%.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia sekolah ternyata
pengetahuan mengenai waktu penyikatan yang benar masih rendah, sehingga Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih perlu ditingkatkan lagi.(6)
Daftar pustaka :
1. Budiharto.
Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan
pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010.
Hal: 1-5, 17-19
2. Warni
L. Hubungan perilaku murid SD kelas
Vdan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan.
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU. 2009: 20-25
3.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2007.2007
4.
Tampubolon,
Vivianti BR. Perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian pasta gigi
Pepsodent. Skripsi. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB. 2006. Hal: 1
5.
Gunawan
HA, S.Mangundjaja, Heriandi S, et al. Pengaruh pasta gigi yang mengandung enzim
Amiloglicosidase dan Glucosidase terhadap kontaminan pada pasta gigi. Diajukan
pada Ceramah Ilmiah (CERIL) FKG Universitas Gajah Mada, 5- 6 February 2010, Yogyakarta. Yogyakarta: FKG UGM. 2010
6.
Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin Dunia
Kedokteran 2000; (126): 45-50.
infonya menarik dan mudah di pahami, di baca juga Artikel kesehatan terbaru dan berbagai tips kesehatan
BalasHapus